Sabtu, 04 April 2009

UNTUK DIRENUNGKAN

Untuk lebih mengetahui akan makna Tenaga Dalam Sejati yang dikembangkan oleh Perguruan Panca Daya, dibawah ini disampaikan petikan dari buku "Burung Berkicau" tulisan Anthony de Mello SJ. Renungkan baik-baik dan cobalah untuk mengambil makna yang tersirat dari setiap judul tulisan di bawah ini. Mudah-mudahan melalui perenungan akan dapat memperjelas akan hakikat Tenaga Dalam Sejati, menurut pengertian yang sesungguhnya.


Elang Emas


Seseorang menemukan sebutir telur elang dan meletakkannya di eraman induk ayam. Anak elang itu menetas bersama anak-anak ayam dan menjadi besar bersama-sama mereka.


Selama hidupnya elang itu berbuat sama seperti seekor ayam, la mengira bahwa dirinya seekor ayam saja. Ia mengais-ngais tanah untuk mencari cacing dan serangga. la berkotek-kotek dan juga mengibaskan sayapnya serta terbang tak berapa jauh seperti ayam.


Sebab begitulah lazimnya seekor ayam terbang, bukan? Tahun-tahun berlalu dan elang itupun menjadi tua. Pada suatu hari ia.melihat seekor burung perkasa terbang tinggi di angkasa biru. Burung itu melayang-layang dengan indah dan lincah melawan tiupan angin, hampir-hampir tanpa mengepakkan sayapnya yang kuat dan berwarna keemasan.


Elang tua itu melihat ke atas dengan rasa kagum. "Apakah itu?" tanyanya kepada temannya. "Itulah elang, raja segala burung" kata temannya. "Tetapi jangan terlalu memikirkan hal itu. Engkau dan aku berbeda dengan dia".


Maka elang tua itu pun tidak pernah memikirkan hal itu lagi. Akhirnya ia mati dengan masih tetap mengira dirinya hanyalah seekor ayam saja.


Kesimpulan Kasihan nasib si Elang Emas! Karena sampai mati tidak bisa mengenal dirinya sendiri.Karena tidak dapat mengenal dirinya sendiri, maka ia juga kehilangan kesanggupan dan kemampuan yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya.


Si Elang Emas lahir dan dibesarkan di lingkungan ayam dengan mengikuti adat dan kebiasaan yang berlaku di lingkungan hidup ayam, maka sampai akhir hayatnya ia tetap menduga bahwa dirinya hanya seekor ayam. Ia tidak tahu akan asal-usulnya sendiri.


Bagaimana halnya dengan manusia termasuk diri kita sendiri?? Bila selagi hidup belum tahu akan asal-usul kejadiannya sendiri, atau belum dapat mengenal dirinya sendiri (=diri yang sejati ) maka selama hidupnya tetap akan berjuang dengan bersandar pada kesanggupan dan kemampuan dirinya yang terbatas.


Misteri kehidupan selalu menyelimuti dirinya. sehingga tidak ada satu kepastian yang dapat menjamin kesehatan, keselamatan. kedamaian, kebahagiaan kenikmatan hidupnya. Semua hanyalah sangkaan dan dugaan belaka.


Yang sekarang dirasakannya membuat senang, bangga dan bahagia, suatu ketika dapat berbalik menjadi keadaan yang menyedihkan dan membuatnya frustasi. Makanan yang cocok dan enak menurut seleranya, justru akan menimbulkan penyakit darah tinggi, jantung dan lain-lain.


Petunjuk dan tuntutan Agama juga telah dijalani dengan baik termasuk perbuatan baik dan amal soleh. Namun toh semuanya belum dapat memberikan kepastian akan terjaminnya kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan hidupnya. Kegelisahan, rasa takut, sakit serta kekhawatiran senantiasa menyelimuti hidupnya.


Hingga sampai akhir hayatpun kita tetap menduga bahwa begitulah nasib manusia dengan hidupnya. Apa bedanya dengan nasib si Elang Emas yang sampai akhir hayatnya tetap menduga bahwa dirinya hanyalah seekor ayam??


Dapat mengenal diri kita sendiri atau diri yang sejati. berarti kita mengenal akan asal-usul kejadian kita atau benih kejadian. Itulah energi pertama yang menjadi kekuasaan Tuhan untuk menjadikan tiap sesuatu (mengandung substansi asali abadi). Disebut juga sebagai INTI hidup kita. Dan inilah yang kita angkat sebagai Tenaga Dalam Sejati.



Di situlah letak sumber potensi yang tiada batas, yang dapat kita gali dan manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi sesungguhnya Tuhan telah menyediakan sumber bagi kebutuhan hidup manusia yang adanya didalam diri masing-masing. Karena kita tidak tahu dan tidak pernah mencari tahu, maka kita mencarinya di luar diri. Apa yang kita peroleh dari luar diri sifatnya sementara. dan kadang menyenangkan tetapi tidak jarang menyusahkan dan menyedihkan.



Anak Itik


Fulan, seorang Sufi yang suci mengisahkan tentang dirinya sendiri sebagai berikut: Sejak masih anak-anak aku dianggap sebagai orang yang tak berguna. Rupanya tak seorangpun memahami diriku.


Ayahku sendiri pernah berkata: “Kau tidak cukup gila untuk dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dan tidak cukup saleh untuk dimasukkan biara”. Aku tidak tahu harus berbuat apa denganmu. Aku tidak tahu harus berbuat apa denganmu.


Aku menjawab: Sejak masih anak-anak aku dianggap sebagai orang yang tak berguna. Rupanya tak seorangpun memahami diriku. Ayahku sendiri pernah berkata:


“Setelah telur menetas, anak itik itu berjalan-jalan bersama induk ayam sampai mereka tiba pada sebuah pinggir kolam. Anak itik itu langsung terjun ke dalam air. Induk ayam tertinggal di pinggir kolam sambil berkotek-kotek kebingungan".


Nah, bapakku tercinta, aku sudah terjun kedalam samudera raya dan kerasan disana. Bapak tentu tidak dapat mencela aku, kalau Bapak tetap memilih tinggal di pantai saja.


Kesimpulan : Kekhawatiran si-induk ayam bisa dimengerti karena dunianya memang berbeda dengan dunia itik. Bagi anak itik, air adalah dunianya. Ia berenang dan menyelam dengan enaknya. Namun bagi si-induk ayam yang tidak mengetahui bahwa anaknya yang menetas dlari telur yang dieraminya, bukanlah seekor ayam tetapi anak itik, menjadi kebingungan.


Gambaran di atas menunjukkan bahwa pandangan hidup yang konvensional memang berbeda dengan pandangan hidup yang universal. Dalam pandangan hidup yang konvensional, hukum yang berlaku adalah jumlah suara terbanyak. Artinya: Kalau sebagian besar orang menjalankan seperti itu, dan mengatakan seperti itu, itulah yang benar! yang tidak seperti "itu" adalah salah! Umumnya yang berlaku adalah hukum relatifitas. Yang berlaku di sini, di negara lain mungkin tidak berlaku. Yang dianggap benar disini, mungkin di tempat lain menjadi tidak benar. Yang sekarang dikatakan dan diyakini sebagai sesuatu yang benar, mungkin sekali dilain waktu menjadi salah.


Jadi sesuatu yang dikatakan baik atau jelek, benar atau salah tergantung dari sudut mana kita meninjaunva, kapan dan dimana kejadiannya. Yang berlaku titik manusia. Berbeda dengan pandangan hidup yang universal. Di sini tidak tergantung pada banyak sedikitnya suara. Karena yang dijadikan patokan atau pegangan adalah yang kekal. Sesuatu yang sifatya kekal itu berlaku kapan saja, bagi siapa saja dan dimanapun adanya.


Jadi berlaku dulu, sekarang maupun yang akan datang. Juga berlaku bagi orang Indonesia, orang Cina, orang Indian serta bagi agama apa saja. Berlaku pula untuk kehidupan di dunia ini maupun di akherat. Tidak membeda-bedakan.


Yang nampak berbeda-beda dilihatnya sebagai aneka rona kehidupan dunia, namun hakekatnya satu. Karena semuanya terlahir dari sumber yang sama yakni Tuhan atau Allah pencipta alam semesta ini.


Dalam konteks cerita tentang Anak Itik, menggambarkan adanya dua pandangan hidup yang berbeda. Anak Itik sebagai gambaran diri Sufi yang sudah terjun ke dalam samudera yang luas atau memiliki pandangan hidup yang univer­sal, dengan induk ayam sebagai gambaran dari Bapaknya, yang masih memiliki pandangan hidup yang konvensional (masih tinggal di pantai).


Dalam pandangan hidup yang universal yang berlaku adalah tilik Allah.


Merobah pandangan hidup dari yang. konvensional menjadi yang Universal bukanlah sesuatu yang mudah. Selama hijab atau tirai penghalang mata bathin belum terbuka, tidak mungkin kita menerima petunjuk dari Tuhan. Sekalipun anda telah berusaha berbuat baik dan beramal soleh ataupuri anda telah mengikuti diskusi di lingkungan Panca Daya lebih dari tiga tahun dan bahkan telah hafal semua buku yang dikeluarkan oleh Panca Daya. belum merupakan jaminan bahwa anda akan mendapatkan petunjuk­Nya. Atau dapat menerima penerangan Iangsung dari pada-Nya. Faktor utamanya dorongan jiwa, disamping kesanggupan untuk berpikir lebih mendalam serta kesanggupan untuk mengesampingkan pendapat pribadi yang selama ini diyakini sebagai sesuatu yang benar.


Menerima petunjuk Tuhan berarti mengerti akan Aturan Tuhan (Aturan Kejadian) yang sifatnya univesal, kekal dan' mutlak. Berarti juga telah mengerti akan asas dan tujuan hidup sebagaimana yang dikehendaki. oleh-Nya.


Jadi yang sesungguhnya membuat anda mengerti adalah Tuhan sendiri. maka bersyukurlah kepada-Nya. Bangkitkan dorongan jiwa anda dan mohonlah petunjuk-Nya. Insya Allah anda akan berhasil.


Yang menjadi hambatan secara umum, antara lain :

  1. Kita telah merasa bahwa yang kita jadikan sebagai pegangan betapapun berat dan sulit selama ini telah ada.
  2. Adanya kemalasan akal budi untuk menguak rahasia dibalik ayat-ayat – Nya
  3. Adat kebiasaan secara turun temurun, serta lingkungan telah mengkondisi pemikiran serta jiwa kita sebagaimana lazimnya orang pada umumnya.

Mengubah dunia dengan mengubah diriku.


Sufi "Bayasid bercerita tentang dirinya seperti berikut ini :

Waktu masih muda aku ini revolusioner dan aku selalu berdo'a: "Tuhan, berilah aku kekuasaan untuk mengubah dunia".

Ketika aku sudah separuh baya dan sadar bahwa setengah hidupku sudah lewat tanpa mengubah satu orangpun, aku mengubah do'aku menjadi: Tuhan, berilah aku rahmat untuk mengubah semua orang yang berhubungan denganku: keluargaku dan kawan-kawanku; dan aku akan merasa puas". Sekarang ketika aku sudah menjadi tua dan saat kematianku sudah dekat, aku mulai melihat betapa bodohnya aku. Do’aku satu-satunya sekarang adalah: “Tuhan, berilah aku rahmat untuk mengubah diriku sendiri!” Seandainya sejak semula aku berdo'a begitu, maka aku tidak menyia-nyiakan hidupku.


Kesimpulan: Mencari kesalahan serta kejelekan orang memang lebih mudah daripada mencari kesalahan dan kejelekan diri sendiri.


Tidak salah kiranya kalau Sufi Bayazid di kala mudanya bercita­-cita untuk mengubah dunia. Menyadari bahwa cita-citanya tak membawa hasil, maka diperkecil ruang lingkupnya yakni terbatas pada keluarga dan teman-temannya. Namun akhirnya cita-cita dan keinginannya untuk merubah semua orang yang berhubungan dengannya-pun juga tetap sia-sia.


Barulah ia menyadari akan kebodohannya yang telah menyia­nyiakan hidupnya. Dihari tuanya ia baru memohon rahmat dari Tuhan untuk dapat merubah dirinya sendiri.


Kiranya ini merupakan pelajaran yang baik sekali bagi semua orang agar tidak menyia-nyiakan hidupnya. Disini dikandung maksud agar kita berusaha untuk dapat menemukan kekurangan dan kesalahan diri kita sendiri serta berusaha untuk dapat menemukan kelebihan dan kebaikan orang lain, untuk.dijadikan sebagai pelajaran dan pengalaman hidup dalam meniti perjalanan hidup selanjutnya.


Hanya dengan melihat kelebihan dan kebaikan orang lain, kita akan dapat menerapkan prinsip hidup untuk saling Asih, saling Asuh dan saling Asah. Hingga akhirnya kita dapat hidup berdampingan secara damai dengan semua orang.


Usaha untuk dapat mengubah diri kita sendiri bukanlah suatu hal yang mudah untuk kita lakukan. Disamping diperlukan adaya dorongan jiwa. Juga diperlukan adaya kejujuran terhadap diri sendiri serta jiwa besar.


Dorongan jiwa diperlukan untuk dapat berpikir lebih mendalam, hingga akhirnya diri dapat mengalami sebagai transenden dapat menyentuh yang hakiki atau yanga illahiyah. Jujur pada diri sendiri diperlukan untuk dapat menemukan kesalahan - kejelekan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. Sedang jiwa besar dimaksudkan selain untuk mendorong usaha untuk mampu menemukan kelebihan dan kebaikan orang lain, juga kesanggupan untuk memaafkan kesalahan orang lain serta untuk menyambung kembali tali persaudaraan yang telah terputus. Kesemuanya tadi disebut sebagai akhlak yang mulia.


Dengan usaha untuk mengerti akan makna Tenaga Dalam Sejati serta untuk menguasainya maka usaha untuk mengubah diri kita sendiri atau meningkatkan kualitas hidup, ditempuh melalui usaha untuk dapat menemukan asal-usul kejadian kita atau untuk mengenal- diri kita sendiri (=diri yang sejati).


Menemukan asal-usul kejadian kita yang berarti dapat pula. menemukan inti atau sumber potensi yang Maha hebat atau disebut juga sebagai Tenaga Dalam Sejati.


Setelah kita berhasil menemukan, tinggal kita memanfaatkannya untuk mengubah diri kita sendiri agar kualitas hidup kita meningkat!


Harkat dan martabat kita dimata Tuhan sudah lebih tinggi dari manusia pada umumnya. Kuasa Tuhanlah yang senantiasa bekerja dalam diri kita untuk memenuhi kebutuhan hidup kita.



KESIMPULAN


Pembangkitan Tenaga Dalam tidak merupakan jaminan bahwa seseorang akan selalu terhindar dari gangguan penyakit, musibah maupun niat orang yang ingin berbuat jahat terhadap diri kita. Tenaga Dalam yang sudah dibangkitkan dapat diibaratkan sebagai benih unggul yang sudah mulai ditanam. Ia dapat tumbuh dan menjadi besar serta berbuah apabila kita rawat dengan baik, kita pupuk dan semua hama tanaman yang mengganggunya kita basmi. Sebaliknya sekalipun benih yang kita tanam merupakan benih unggul namun bila cara merawatnya kurang baik dan tidak mengikuti petunjuk semestinya, hasilnya akan tidak sesuai dengan harapan kita, Apalagi yang tanpa perawatan sama sekali! Jangankan mengharap buahnya, masih bisa hidup pun sudah untung.

Banyak atau sedikitnya jumlah pembangkitan Tenaga Dalam tidak berpengaruh sama sekali pada daya atau kadar kemampuan Tenaga Dalam itu sendiri. Yang secara langsung akan mempengaruhi kadar kemampuan Tenaga Dalam yang telah dibangkitkan adalah usaha untuk selalu merawat dan meningkatkan iman kita. Iman yang dimaksud disini bukan sekedar percaya namun harus didukung oleh dasar pengertian yang dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap sesama maupun kepada Tuhan.

Pengukuhan Anggota hakekatnya merupakan pengesahan sebagai anggota penuh Perguruan Panca Daya. Karena yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan untuk mengikuti tahapan pembangkitan sampai ketujuh kalinya. Jadi pengukuhan Anggota bukan merupakan akhir perjuangan seseorang untuk dapat menguasai Tenaga Dalam Panca Daya namun justru baru merupakan awal dari perjuangan lanjutan.

Sebagai anggota penuh Perguruan Panca Daya. Karena yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan untuk mengikuti tahapan pembangkitan sampai ketujuh kalinya. Jadi pengukuhan Anggota bukan merupakan akhir perjuangan seseorang untuk dapat menguasai Tenaga Dalam Panca Daya, namun justru baru merupakan awal dari perjuangan lanjutan untuk meniti pendakian hingga sampai pada puncaknya. Yakni untuk kembali kepada fitrah sebagaimana manusia dijadikan pada mulanya (kesucian). Disinilah sesungguhnya letak saringan alam. Bagi mereka yang telah merasa puas atau tidak sanggup lagi untuk meniti pendakian, akan berhenti setelah upacara pengukuhan Anggota. Menyadari akal hal itu, kiranya tidak tepat apabila kita hanya mengejar jumlah pernbangkitan sampai ketujuh kali, lalu segera dapat mengikuti upacara pengukuhan Anggota. Sesudahnya lalu berhenti. Betapa sedikitnya modal dasar yang kita miliki !

Tenaga Dalam Panca Daya lain sama sekali dengan Tenaga Dalam yang lazim diajarkan oleh perguruan bela diri pada umumnya. Tenaga Dalam Panca Daya bukan Ilmu Kanuragan tetapi dapat disebut sebagai Ilmu Kasampurnan (Kesempurnaan).Maknanya : akan membawa kita kembali sempurna sebagamana aslinya atau murninya (=kembali kepada Fitrah). Istilah lain : akan membawa jiwa untuk menyatu kembali dengan sumber-Nya. Atau disebut juga sebagai "kembali kepada asai mula kejadian" yang dalam Bahasa jawa dikenal dengan "bali marang sangkan paraning dumadi". Jiwa dapat diibaratkan sebagai tetesan dari Lautan Ketuhanan yang luas, atau tetesan lautan Illahi.

Bila jiwa terpisah dari sumber-Nya maka kehidupannya menjadi ter­batas dan merana. Seolah-olah tidak memiliki kekuatan ataupun kekuasaan sama sekali. Ibarat setetes air yang jauh.dari lautan Namun apabila jiwa menyatu kembali dengan sumber-Nya maka kehidupannya akan kembali tidak terbatas sebagaimana sumbernya. Demikian pula halnya air yang setetes dan telah menyatu dengan lautan, kekuatan dan kekuasaannya sama dengan lautan itu sendiri. Kita tidak akan bisa membedakan antara air yang setetes dengan lautan sebagai sumbernya.
OIah jiwa merupakan kegiatan yang dapat menyuburkan kehidupan rohani, menuju Pemurnian jiwa manusia. Dilingkungan Panca Daya, kegiatan ini dimaksudkan sebagai usaha perawatan Tenaga Dalam tahap lanjutan. Menyadari akan arti serta tujuan dari kegiatan olah jiwa ini, seyogyanya kita harus dapat menyediakan waktu untuk mengikutinya, agar kita tidak terseret dan larut dalam kesibukan jasmani atau kehidupan duniawi semata.Hendaknya selalu kita ingat bahwa jasmani dan rohani merupakan dua sisi hidup yang tidak terpisahkah. Dua-duanya diperlukan untuk membentuk keberadaan yang substansial. Maka bila kita hanya mengutamakan kehidupan jasmani tanpa memperhatikan kehidupan rohanin berarti kita hanya memandang hidup ini dari satu sisi saja.

Perawatan Tenaga Dalam tahap awal cukup dilakukan dengan usaha untuk meningkatkan Ibadah atau pengabdian kita ke­pada Tuhan, dimana sasarannya adalah masyarakat dan alam semesta itu. Sehingga keberadaan hidup kita di dunia ini benar-benar bermanfaat bagi orang banyak dan juga bagi lingkungan kita. Pola pikir, sikap dan tindakan harus diarah­kan untuk kepentingan orang banyak dengan tetap menjaga kebersihan, keindahan, kelestarian dan keseimbangan Iingkungan. Sikap, pola pikir dan tindakan harus mengacu pada Aturan Kejadian. Artinya harus dapat membuat keindahan, kerukunan dan kehidupan yang aman sentosa.

Perawatan Tenaga Dalam tahap awal baru membuat seseorang dapat memiliki dan memanfaatkan Tenaga Dalam yang sifat­nya masih semi sejati. Untuk dapat menguasai Tenaga Dalam penghalang mata bathin kita. Selanjutnya kita dapat mengerti akan asas dan tujuan hidup sebagaimana yang dikehendaki oleh-Nya.




Sabtu, 21 Maret 2009

Belajar Dari Sifat Alam

Unsur pokok yang terdapat di jagad raya antara lain : Bumi atau bantala, Laut atau Samudra, langit atau Angkasa, matahari atau Surya, Bulan atau Candra, Bintang atau Kartika, Angin atau Maruta dan Api atau Dahana.

Masing-masing unsur jagad raya tersebut memiliki sifat sendiri-sendiri. Sifat dari masing-masing unsur jagad raya inilah yang harus kita ketahui dan kita miliki sehingga menjiwai kehidupan jasmani maupun rohani kita.

Sikap jiwa dan perilaku kehidupan yang identik dengan sifat unsur pokok yang ada di jagad raya, kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam petunjuk pelaksanaan Aturan Kejadian.

Melalui tekad untuk “kembali ke alam” bukan sekedar tekad untuk menjaga kelestariannya, namun juga dapat meniru sifat alam sehingga menjiwai sikap jiwa dan perilaku hidup kita.

Sifat Bumi (Bantala) : Senantiasa memberi manfaat bagi makhluk hidup.
Sekalipun bumi dicangkul, dibajak, ditraktor, diinjak-injak, digali dan sebagainya, namun bumi senantiasa memberi manfaat bagi makhluk hidup.

Penerapan dalam hidup:
Dalam hidup adakalanya kita dicemooh, diejek, tidak dihargai, dituduh berbuat yang bukan-bukan bahkan difitnah. hati kecil ingin berontak untuk melawan atau ingin balas dendam, demi mempertahankan harga diri serta nama baik. Bila kita merasa telah menyertakan Tuhan dalam Setiap perbuatan, dan bersandar sepenuhnya pada kekuasaan dan penguasaan Tuhan semata tentunya kita akan mampu mengendalikan diri kita.
Sikap jiwa tetap tenang karena semuanya telah kita serahkan pada pengaturan Tuhan. Kita tetap harus bersikap baik terhadap mereka yang berbuat aniaya pada diri kita. Kita harus mampu meniadakan kebencian dan dendam serta harus mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa untuk kita jadikan sebagai pelajaran hidup. Hukum kekuasaan Tuhan yang sifatnya universal akan bekerja untuk menciptakan keadilan. Betapapun pahitnya sikap dan perlakuan terhadap diri kita, namun pola pikir, sikap jiwa dan tindakan kita harus tetap selaras dengan Aturan Kejadian. Harus tetap membuat indah dan tetap menjaga persatuan.

Sifat Lautan (Samudra) : Tetap tenang dan mampu menampung apa saja.
Lautan akan menampung semua air yang ditumpahkan oleh beribu-ribu sungai. Di samping air bersih juga air yang kotor. Segala jenis sampah dan kotoran bahkan bangkaipun akan ditampungnya. Namun begitu keadaan laut tetap saja tenang dan tidak meluap, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Penerapan dalam hidup :
Kita juga harus mampu menampung segala bentuk pujian, kritik, saran, celaan dan umpatan. Semua itu merupakan kenyataan hidup yang tidak bisa dihindari. Dengan berpegang teguh pada Aturan Tuhan atau Aturan Kejadian sebagai konsepsi Tuhan yang sifatnya kekal, universal dan mutlak, kita akan tetap memiliki keteguhan. Keberhasilan dalam usaha kenaikan pangkat, promosi jabatan dan berita gembira lainnya, tidak membuat sikap dan perasaan terlalu senang berlebihan sehingga lupa diri. Sebaiknya dalam menghadapi kegagalan, kritikan yang pedas, perlakuan tidak adil dsb; kita tidak larut dalam kesedihan. Apapun yang menimpa diri kita tidak akan membuat gejolak jiwa. Sikap hidup yang kita tampilkan tetap sepeti biasa, seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa dalam diri kita. Dengan keteguhan jiwa karena berpegang pada aturan yang kekal, kita memiliki kepribadian yang kokoh dan mandiri. Tidak cepat terpancing isu-isu yang dapat memecah belah kerukunan, tidak mempan oleh hasutan dan tidak larut dalam kegembiraan atau kesedihan.

Sifat Langit (angkasa) : Sebagai pengayom atau pelindung.
Di atas kehidupan yang ada di bumi ini, langit atau angkasalah yang seolah-olah melindungi dan memberikan pengayoman pada kehidupan di Bumi.

Penerapan dalam hidup :
Manusia sebagai pengemban amanah Allah yang sekali¬gus dijadikan partner Tuhan untuk turut membangun dunia ini agar terasa indah,dan membuat kehidupan terasa nikmat, aman, damai dan sejahera. Disini terkandung suatu, misi bahwa keberadaan manusia juga dimaksudkan sebagai pelindung atau pengayom dari kehidupan mahluk yang lain agar tidak punah. Disini lain manusia juga harus bisa menjadi pelindung kaumnya yang lemah,yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan.Kehidupan didunia ini akan terasa indah nikmat manakala manusia dapat saling hidup berdampingan secara rukun dan,damai, serta mampu menjadi pengayom bagi kehidupan rnahluk lainnya. Maknanya agar tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan Iingkungan. Hidup berdampingan secara rukun dan damai dapat kita wujud¬kan bilamana setiap individu mengerti akan misi hidup-nya di dunia.

Sifat Matahari (Surya) : Memberi terang dan memberi manfaat bagi kehidupan.
Kiranya bisa kita bayangkan betapa gelapnya kehidupan di Bumi tanpa hadirnya sinar Matahari. Kehadiran matahari selain sebagai sumber terang juga sangat memberi manfaat bagi kehidupan mahluk di Bumi. Tidak ada makhluk hidup yang tidak membutuhkan sinar Matahari.

Penerapan dalam hidup :
Keberadaan manusia di dunia ini dapat menjadi sumber terang dan harus bermanfaat bagi sesama maupun lingkungan.

Maknanya
Kepandaian berdakwah yang dimilikinya harus diarahkan untuk membimbing kaumnya menuju Kebenaran. Sehingga membuat jiwa menjadi terang serta mengerti akan asas dan tujuan. Mengerti misi yang harus dijalankan selagi hidup, bukan menjadikan kaumnya hidup terkotak-kotak dengan pandangan hidup yang sempit, dimana pada akhirnya akan hanya akan melahirkan perbedaan paham dan permusuhan. Bagi mereka yang memiliki keahlian tertentu harus mampu memanfaatkan karuniaTuhan tersebut untuk kepentingan orang banyak.

Demikian pula mereka yang memiliki kekayaan sebagai anugerah Tuhan. harus mampu memanfaatkan untuk membantu orang yang membutuhkan uluran tangan. Sehingga keberadaannya dalam kehidupan di dunia ini benar-benar bermanfaat bagi banyak orang.

Sifat Bulan (Candra) : Cahayanya terasa teduh dan menyejukkan.
Cahaya Bulan dirasakan sebagai penerang yang sekaligus membuat rasa teduh dan sejuk di kala malam hari. Kehidupan siang hari yang dirasa panas oleh teriknya sinar Matahari, berubah total menjadi kehidupan yang terasa teduh dan sejuk oleh pancaran sinar bulan.

Penerapan dalam hidup :
Kita juga harus mampu menumbuhkan Kasih dari dalam jiwa kita. Karena kasih adalah salah satu wajah jiwa kita. Karena kasih adalah salah satu wajah Tuhan. Bila kasih yang selalu tumbuh dalam jiwa seseorang, maka pancaran sinar Kasih ini akan membawa kesejukan dan keteduhan bagi orang-orang yang berada di sekitar kita. Raut mukanya selalu tampak ceria dan menampilkan keramahan, sikap dan tindakannya penuh sopan_santun dan tutur katanya pun enak untuk didengar. Kehidupan jiwa yang selalu ditumbuhi Kasih hanya akan menampilkan keindahan semata. Karena kasih sifatnya memberi tanpa mengharapkan balas jasa.
Refleksi dari kasih.hanya keindahan semata!

Sifat Bintang (Kartika) : Memberi petunjuk jalan dan rasa keindahan.
Di kala malam gelap, hadirnya bintang di langit mampu memberi pentunjuk bagi mereka yang berada di kegelapan malam. Taburan Bintang dengan sinarnya yang berkerlap-kerlip juga memberi keindahan tersendiri bagi mereka yang bisa menikmatinya.

Penerapan dalam hidup
Sekecil apapun peran kita dalam tatanan kehidupan ini, namun hendaknya kita tetap dapat mengisi hidup ini agar bermanfaat bagi orang lain. Beramal hakikatnya tidak hanya bersedekah harta, tetapi turut serta memikirkan kesusahan dan kesulitan orang lain, memberi saran atau nasihat, sesungguhnya merupakan amal pebuatan yang baik. Karena sesungguhnya kegelapan hidup tidak selalu akibat kurangnya harta. Maka saran serta nasihat yang mampu membuka tabir kegelapan dapat menjadi petunjuk jalan dan sekaligus dapat memberi rasa keindahan tersendiri. Setiap orang yang telah berada di jalan Tuhan dan jiwanya dipenuhi oleh Kasih akan mampu memberi petunjuk jalan keluar bagi sesamanya yang masih meraba-raba dalam kegelapan.


Sifat angin (Maruta) : Memberi rasa sejuk.
Desiran angin marnpu menembus celah-celah yang sempit untuk memberikan rasa sejuk.Kehadiran angin sangat diharapkan oleh mereka yang sedang kepanasan.

Penerapan dalam hidup :
Sekali lagi kita harus mampu menumbuhkan Kasih dari dalam jiwa kita. Getaran kasih ini akan mampu ditangkap oleh semua makhluk hidup. Kasih juga mampu menembus dinding setebal apapun. Getarannya merambat kemana-mana tanpa terikat oleh ruang dan waktu, serta mampu meluluhkan sikap angkara murka, congkak dan kesombongan. Semua makhluk hidup yang mampu merasakan getaran Kasih akan merasakan adanya kehidupan yang sejuk. Seorang yang memiliki sifat pemarah apabila kita hadapi dengan Kasih akan berubah dan bersikap baik. Orang yang sombong dan angkuh karena kekuatan atau kekuasaannya yang dimilikinya, apabila kita hadapi dengan Kasih menjadi seolah-olah tidak berdaya.

Karena sifat-sifat negatif yang mengendap pada diri seorang telah membuat kehidupan jiwanya terasa panas. Hanya dengan getaran Kasih kita akan menyentuh kehidupan jiwanya Sehingga terasa sejuk.

Dari uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk sikap jiwa yang benar selaras dengan Aturan Kejadian, harus kita wujudkan melalui :

1. Berusaha untuk selalu menumbuhkan Kasih di dalam jiwa kita. Bila yang tumbuh dan berkembang,dalam jiwa hanya kasih semata, maka hanya irama Ilahi saja yang selalu berkumandang dari dalam jiwa kita Berkumandangnya irama Ilahi dari dalam jiwa akan membuat pikiran merasa puas dan jinak, sehingga mudah untuk kita kendalikan. Disamping itu kita juga memiliki kemampuan untuk menyaring segala sesuatu yang kita anggap baik dan pantas untuk dijadikan input dan diolah oleh pkiran. Sedang hal-hal yang negatif sifatnya, tetap kita tampung, namun cukup kita taruh di "dengkul” saja. Jangan sampai menjadi input dan mengendap dalam karena akan merusak dan meracuni kehidupan jiwa.

2. Jiwa sesungguhnya menjadi unit setiap kegiatan. Maka bila jiwa dipenuhi oleh Kasih. Pola pikir, sikap dan perbuatan akan selaras dengan kehendak Tuhan. Karena. Kasih itu sendiri sesungguhnya adalah wajah Tuhan Dan refleksi Kasih selalu yang indah-indah. Bila seseorang dalam kehidupannya cenderung untuk menampilkan sikap,pola pikir dan tindakan permusuhan dan membuat cerai berai sudah dapat dipastikan bahwa bukan Kasih yang,berkumandang dari dalam jiwanya.

3. Berusaha untuk mengisi kehidupan agar dapat memberi manfaat bagi sesamanya.
Terhadap orang lain yang berbuat aniaya pada diri kita, keberadaan kita tetap harus bermanfaat baginya. Karena Kasih tidak mengenal balas dendam, Hukum kekuasaan Tuhan yang sifatnya universal akan senantiasa bekerja untuk menciptakan keadilan.

4. Kita harus menerima sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Karena semuanya merupakan kenyataan hidup, semuanya harus kita tampung tanpa membuat gejolak dalam hidup. Karena kita telah memiliki keteguhan jiwa. Jiwa yang teguh dapat kita miliki manakala kita mampu untuk selalu berpegang teguh pada AturanTuhan (= Aturan Kejadian). Berpegang teguh pada Aturan Kejadian berarti kita menyandarkan sepenuhnya pada kekuasaan dan penguasaan Allah semata. Setiap langkah perbuatan kita harus menyertakan Tuhan.

5. Harus mampu menjadi partner Tuhan untuk senantiasa membangun dunia, agar terasa indah dan Wujud pelaksanaannya : tidak merusak persatuan dan kesatuan dan harus senantiasa hidup berdampingan secara rukun dan damai. Kita harus mampu menjadi pengayom atau pelindung bagi kelangsungan mahluk hidup yang lain. Artinya kita harus tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan Iingkungan.

6. Apapun yang kita miliki tidak lain karena rachmat dan anugerah Tuhan. Keahlian dalam bidang tertentu, kekayaan, pangkat maupun jabatan harus dapat kita manfaatkan untuk meningkatkan bobot pengabdian kita kepada Tuhan. Sehingga peran kita dalam hidup mampu memberi terang dan manfaat bagi sesama.

7. Cahaya orang yang jiwanya diliputi oleh Kasih akan mampu memancarkan kesejukan dan keteduhan bagi orang-orang yang berada disekitarnya. Raut wajahnya yang selalu ceria, sikapnya yang penuh sopan santun, tutur katanya yang terang dan enak untuk didengar membuat rasa simpati bagi lingkungannya.

8. Pengalaman dan pengetahuannya tentang hidup hendaknya selalu siap untuk di amalkan bagi kepentingan sesama sebagai wujud pengabdian, serta mampu memberi penunjuk jalan bagi mereka yang sedang berada dalam kegelapan jiwa. Orang yang sedang dalam kegelapari jiwa, sulit untuk dapat menemukan jalan keluar atau memecahkan persoalannya sehingga tidak jarang mereka berada diambang keputusasaan ataupun mencari pelarian ke sisi jalan yang negatif sekedar untuk melupakan kenyataan hidup. Sikap seperti ini sebagai akibat ketidak tahuan akan asas dan tujuan hidup.

9. Getaran jiwa yang dilandasi oleh Kasih akan meresap kemana-mana dan dapat ditangkap oleh semua mahluk hidup. Kenyataan ini akan membuat. Kesejukan bagi kehidupan disekelilingnya. Sekalipun kita secara tak sengaja berhadapan dengan binatang buas ataupun binatang berbisa, insya Allah mereka tidak akan menyerang kita, karena pancaran jiwa kita tidak mengandung permusuhan. Dalam hal kita berternak ataupun hobi berkebun maka getaran kasih inipun akan mampu ditangkap dan dirasakan oleh binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Hasilnya akan dapat kita saksikan dan rasakan.

Ketenangan Bathin & Kenikmatan Hidup

Apa artinya hidup?

Hidup tidak mempunyai arti apabila kita sendiri tidak dapat merasakan indah dan nikmatnya hidup. Mau makan makanan yang lezat tidak boleh karena mengandung kadar kolesterol tinggi, makan makanan yang pedas dan merangsang juga tidak boleh karena penyakit darah tinggi, atau gangguan pada jantung. Terlalu banyak yang harus dipantang, sehingga pikirannya selalu dikondisi oleh kekhawatiran dan ketakutan.

Dalam kondisi seperti ini dimana manusia selalu dihadapkan pada berbagai macam pantangan, derita akibat berbagai macam penyakit serta kekhawatiran dan ketakutan yang kurang beralasan, maka cara terbaik adalah melihat ke dalam dirinya sendiri dan berusaha untuk dapat menemukan inti serta sumber kehidupan yang juga merupakan benih kejadian dirinya. Namun biasanya dalam situasi seperti ini sulit untuk dilakukan karena telah menumpuknya beban pikiran dan bathin.

Kegiatan olah jiwa tidak dapat diibaratkan seperti orang makan cabe. Berbagai macam makanan begitu digigit dapat dirasakan rasa pedasnya! Namun olah jiwa dapat diibaratkan sebagai air putih yang ditaruh di dalam gelas, dan sedikit demi sedikit dituang gula, Warnanya masih tetap putih namun rasanya sudah menjadi manis. Manfaat siraman rohani dari sedikit demi sedikit memang belum terasa dalam kehidupan lahir. Tetapi yang pasti konstruksi jiwa telah bertambah kokoh, sehingga mulai tidak tergoyahkan oleh pengaruh luar. Disini faktor penguasaan dan pengendalian diri seseorang sudah mulai meningkat.

Kegiatan olah jiwa meliputi:

1. Olah pikir atau logika

2. Olah Cipta atau Etika

3. Olah Rasa atau Estetika

Melalui olah pikir atau logika dimaksudkan agar kita bisa membedakan yang benar dan salah. Melalui olah cipta (etika) dimaksudkan agar kita dapat membedakan antara yang baik dan jahat, sedang melalui olah rasa (estetika) diharapkan kita dapat membedakan yang indah dan yang buruk. Pada dasarnya olah jiwa yang dilaksanakan di Perguruan Panca Daya dimaksudkan untuk membentuk sikap jiwa yang benar menuju terwujudnya. konstruksi jiwa yang kokoh atau rumah mental yang kokoh dan tidak tergoyahkan oleh pesona dunia dan tidak lekang di terpa panas, tidak lapuk diguyur hujan


Untuk itu setiap insan Panca Daya diharapkan mampu menemukan kunci rahasia dibalik petunjuk Tuhan, dengan meng­gunakan kemampuan daya pikir atau penalarannya sebagaimana yang biasa digunakan oleh orang-orang yang hidup di jaman modern. Bukan sekedar mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh orang banyak.

Untuk dapat menemukan kunci rahasia ayat-ayat-Nya, ada tiga prinsip dasar yang harus digunakan. antara lain :

1. Menggunakan logika yang telah disempurnakan menurut ilmu pengetahuan. Jadi bukan logika alami.

2. Selalu harus berpegang pada prinsip identitas. Maksudnya bahwa identitas Tuhan itu yang Maha Baik. Semua yang terlahir dari ide Tuhan pasti baik hasilnya. Bila hasilnya ternyata tidak baik maka pasti bukan berasal dari Tuhan,

3. Kita harus berlaku jujur, minimal jujur pada diri sendiri. maknanya: apabila yang kita ketemukan ternyata berbeda dan bahkan mungkin bertentangan dengan yang selama ini kita ketahui maka kita harus konsekuen untuk mau merubahnya.

Melalui cara tersebut dikandung suatu ajakan agar dalam memahami sesuatu kita jangan hanya bergerak di kulit luarnya saja, namun dengan kemampuan nalar atau akal budi kita harus mampu mengupas kulit luarnya agar dapat menemukan daging buah maupun bijinya untuk dinikmati sebagai anugerah Tuhan. Dengan mengerti kunci rahasia yang ada dibalik ayat-ayat-Nya, akan dapat mengungkapkan segala sesuatu yang selama ini kita anggap sebagai misteri kehidupan.

Merawat Tenaga Dalam

Setelah seseorang menerima pembangkitan Tenaga Dalam untuk pertama kali dan selanjutnya, kita wajib memeliharanya dengan cara memperbanyak dan meningkatkan ibadah atau pengabdian kita kepada Tuhan YME di mana sasarannya adalah masyarakat dan alam semesta.

Dalam usaha meningkatkan bobot atau kualitas ibadah kita kepada Tuhan, kriteria yang kita pakai sebagai ukuran adalah Aturan Kejadian yang telah kita ketahui sebagai konsepsi Tuhan yang sifatnya kekal, universal dan mutlak. Dimana dalam tata lahirnya bersifat : memperindah, mempersatu dan memperbanyak.

Kegiatan atau sikap dan perilaku kehidupan yang harus kita lakukan antara lain :

1. Melatih untuk selalu berpikir yang positif. Berpikir tentang kesuksesan dan jangan berpikir tentang iri, kesulitan dan kegagalan. Berpikirlah tentang kesehatan dan jangan berpikir tentang berbagai macam penyakit. Berpikirlah tentang kerukunan, kegotong-royongan dan persatuan serta kesatuan, jangan berpikir tentang pembalasan dendam, mengadu domba, menjelekkan orang lain ataupun hal-hal yang dapat membuat cerai berai. Berpikirlah tentang kesejahteraan hidup dan jangan berpikir tentang kesulitan hidup. Sebab semua pikiran yang intensif, itulah yang akan dijadikan menjadi kenyataan oleh Tenaga Dalam kita. Hendaknya dimengerti dan diingat bahwa fungsi pikiran dapat diibaratkan sebagai penjaga gerbang utama. Untuk itu perlu tindakan selektif agar pikiran tidak diracuni oleh hal-hal yang sifatnya negatif dan merusak.


2. Sikap dan tindakan untuk dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan, dengan jalan meniadakan benih-benih perpecahan sekecil apapun. Termasuk usaha menyebarkan isyu-isyu, menghasut, dan tindakan tercela lainnya harus dihindari.

3. Meningkatkan sikap dan kepedulian kita pada keselamatan, kepentingan dan penderitaan orang lain. Baik dalam pola pikir, sikap dan tindakan.

4. Menumbuhkan rasa cinta akan kebersihan dan keindahan lingkungan.Termasuk disini usaha untuk turut melestarikan dan menjaga keseimbangan lingkungan.

5. Kegiatan dan usaha lain yang dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia, termasuk usaha untuk memanusiakan diri kita sendiri dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Dalam tahap awal semua sikap, tindakan dan pola pikir sebagaimana yang diuraikan di atas sudah cukup untuk digunakan sebagai perawatan Tenaga Dalam. Karena semua aktivitas tersebut, baik menyangkut sikap, jiwa tindakan serta pola pikir telah diarahkan untuk kepentingan orang banyak dan juga lingkungan.

Sabtu, 14 Maret 2009

PENGURUS PUSAT & DEWAN PENDEKAR

Pengurus Pusat

Kepengurusan PPS Panca Daya yang aktif saat ini adalah sebagai berikut:
  • Ketua Umum : Mayjen. Purn. H. R. Pramono
  • Ketua Harian : Irjen. Pol. (P). Dr. H. Hadiman
  • Wkl Ketua Harian : Marsma Pur. Donan Sunanto, SiP
  • Sek. Umum : Sutardjo, SE, CFE
  • Wkl. Sek. Umum : Diah KW, SE
  • Hubungan Masyarakat : Dr Muhammad Nursalam
  • Koordinator Bidang I : Kol. Mar. Pur. Murjoko
  • Ketua Bid I, Litbang : Bambang Harnanto
  • Ketua Bid II, DikLat : Kol. SUS. M. A. Linggaprana
  • Koordinator Bidang II : Kusmartono
  • Ketua Bid III. Pembinaan Mental Spiritual : Kusmartono
  • Ketua Bid IV. Umum : Sutardjo, SE, CFE
Dewan Pendekar

Dewan Pendekar adalah para pesilat senior yang telah menguasai jurus-jurus silat Panca Daya. Silat Panca Daya terdiri atas 5 jurus dasar (tenaga Dalam) dan 25 jurus Cibatok, serta Silat Depok. Sekarang ini Dewan Pendekar terdiri atas:
  • I Made Wirawan
  • Kol. Pur. Sidharta

Outbound Training & Education Team
  • Ricky William
  • Wilang
  • Berry

MENGENAL INTI TENAGA DALAM SEJATI

Setiap orang yang terdaftar sebagai anggota Panca Daya umumnya akan diberikan lembaran yang berjudul Suara Pribadi. Lembaran Suara Pribadi ini bukan amalan yang wajib dihafal oleh setiap anggota, namun dimaksudkan agar dibaca perlahan-lahan sambil direnungkan agar para anggota dapat memperoleh pengertian dasar akan Tenaga Dalam Sejati.

Disitulah sesungguhnya INTl dari Tenaga Dalam Sejati yang kemudian diuraikan dan dijabarkan dalam berbagai judul buku. Selain untuk mendukung pengertian para anggota juga agar para anggota lebih mantap dalam usahanya untuk menggali dan menguasai Tenaga Dalam Sejati.

Namun secara kenyataan sangat sedikit anggota yang mengetahui hal ini, bahkan banyak diantara anggota belum sempat membaca, atau belum pernah membaca bahkan mungkin tidak tertarik untuk membaca Suara Pribadi.

Mungkin sekali disebabkan karena hal ini sifatnya bukan amalan yang wajib dihafal, sehingga membuat seseorang menjadi kurang tertarik. Atau ada kemungkinan sangat sulit untuk memahami isinya, atau karena kurangnya penjelasan dari pihak pengurus dan masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang perlu diketahui.

Di sisi lain ada sebagian kecil anggota, setelah menerima dan membacanya, seolah-olah merasa gembira sekali. Ada pula yang sampai meneteskan air matanya menahan rasa haru yang bercampur kegembiraan. Anggota tersebut merasa menemukan sesuatu yang selama bertahun-tahun dicarinya belum pernah ditemukan. Kegembiraannya saat itu dilukiskan sebagai kegembiraan yang paling dalam dan mengesankan dalam hidupnya. Semua itu merupakan fenomena dari dorongan hasrat dan keinginan manusia sesuai perkembangan jiwa dan kehidupan rohaninya, untuk menemukan diri yang sejati. Kami menyadari bahwa untuk mengerti isi dan Suara Pribadi tersebut tidaklah mudah. Bahkan boleh dibilang terlalu sulit untuk kebanyakan orang.

Diharapkan melalui seringnya membaca sambil direnungkan, sedikit demi sedikit ada sesuatu yang dapat terserap ke dalam jiwa yang seianjutnya dapat memberi manfaat dikala harus menghadapi masalah hidup. Pengertian yang mengendap dalam jiwa tersebut suatu saat akan muncul memberi informasi atau saran di kala kita menghadapi masalah atau harus cepat mengambil keputusan. Kejadian ini lazim disebut sebagai bisikan dari dalam diri kita.