Sabtu, 21 Maret 2009

Ketenangan Bathin & Kenikmatan Hidup

Apa artinya hidup?

Hidup tidak mempunyai arti apabila kita sendiri tidak dapat merasakan indah dan nikmatnya hidup. Mau makan makanan yang lezat tidak boleh karena mengandung kadar kolesterol tinggi, makan makanan yang pedas dan merangsang juga tidak boleh karena penyakit darah tinggi, atau gangguan pada jantung. Terlalu banyak yang harus dipantang, sehingga pikirannya selalu dikondisi oleh kekhawatiran dan ketakutan.

Dalam kondisi seperti ini dimana manusia selalu dihadapkan pada berbagai macam pantangan, derita akibat berbagai macam penyakit serta kekhawatiran dan ketakutan yang kurang beralasan, maka cara terbaik adalah melihat ke dalam dirinya sendiri dan berusaha untuk dapat menemukan inti serta sumber kehidupan yang juga merupakan benih kejadian dirinya. Namun biasanya dalam situasi seperti ini sulit untuk dilakukan karena telah menumpuknya beban pikiran dan bathin.

Kegiatan olah jiwa tidak dapat diibaratkan seperti orang makan cabe. Berbagai macam makanan begitu digigit dapat dirasakan rasa pedasnya! Namun olah jiwa dapat diibaratkan sebagai air putih yang ditaruh di dalam gelas, dan sedikit demi sedikit dituang gula, Warnanya masih tetap putih namun rasanya sudah menjadi manis. Manfaat siraman rohani dari sedikit demi sedikit memang belum terasa dalam kehidupan lahir. Tetapi yang pasti konstruksi jiwa telah bertambah kokoh, sehingga mulai tidak tergoyahkan oleh pengaruh luar. Disini faktor penguasaan dan pengendalian diri seseorang sudah mulai meningkat.

Kegiatan olah jiwa meliputi:

1. Olah pikir atau logika

2. Olah Cipta atau Etika

3. Olah Rasa atau Estetika

Melalui olah pikir atau logika dimaksudkan agar kita bisa membedakan yang benar dan salah. Melalui olah cipta (etika) dimaksudkan agar kita dapat membedakan antara yang baik dan jahat, sedang melalui olah rasa (estetika) diharapkan kita dapat membedakan yang indah dan yang buruk. Pada dasarnya olah jiwa yang dilaksanakan di Perguruan Panca Daya dimaksudkan untuk membentuk sikap jiwa yang benar menuju terwujudnya. konstruksi jiwa yang kokoh atau rumah mental yang kokoh dan tidak tergoyahkan oleh pesona dunia dan tidak lekang di terpa panas, tidak lapuk diguyur hujan


Untuk itu setiap insan Panca Daya diharapkan mampu menemukan kunci rahasia dibalik petunjuk Tuhan, dengan meng­gunakan kemampuan daya pikir atau penalarannya sebagaimana yang biasa digunakan oleh orang-orang yang hidup di jaman modern. Bukan sekedar mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh orang banyak.

Untuk dapat menemukan kunci rahasia ayat-ayat-Nya, ada tiga prinsip dasar yang harus digunakan. antara lain :

1. Menggunakan logika yang telah disempurnakan menurut ilmu pengetahuan. Jadi bukan logika alami.

2. Selalu harus berpegang pada prinsip identitas. Maksudnya bahwa identitas Tuhan itu yang Maha Baik. Semua yang terlahir dari ide Tuhan pasti baik hasilnya. Bila hasilnya ternyata tidak baik maka pasti bukan berasal dari Tuhan,

3. Kita harus berlaku jujur, minimal jujur pada diri sendiri. maknanya: apabila yang kita ketemukan ternyata berbeda dan bahkan mungkin bertentangan dengan yang selama ini kita ketahui maka kita harus konsekuen untuk mau merubahnya.

Melalui cara tersebut dikandung suatu ajakan agar dalam memahami sesuatu kita jangan hanya bergerak di kulit luarnya saja, namun dengan kemampuan nalar atau akal budi kita harus mampu mengupas kulit luarnya agar dapat menemukan daging buah maupun bijinya untuk dinikmati sebagai anugerah Tuhan. Dengan mengerti kunci rahasia yang ada dibalik ayat-ayat-Nya, akan dapat mengungkapkan segala sesuatu yang selama ini kita anggap sebagai misteri kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar